Jumat, 03 Mei 2013

Assesment kinerja dan Pengembangan portofolio


PENGEMBANGAN PORTOFOLIO UNTUK PENILAIAN


A.    Latar Belakang pengembangan Portofolio
v  Tercantum pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan terdapat pada Pasal 22 ayat 1  yang  menyatakan bahwa  “Penilaian hasil Pembelajaran  pada  jenjang  pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik  penilaian  sesuai  dengan  kompetensi  dasar  yang  harus dikuasai.
v  Permendiknas No.41 Tahun 2007 pada  Standar Proses yaitu Lampiran IV tentang penilaian hasil pembelajaran  menyatakan  bahwa   penilaian  dilakukan  secara Konsisten , sistematik, dan ter­program dengan menggunakan tes dan non tes yang salah satunya adalah portofolio.
B.     Tujuan pengembangan Portofolio
Memberikan acuan bagi guru dalam mengembangkan portofolio untuk penilaian sebagai salah satu alternatif penilaian pembelajaran atau penilaian pencapaian kompetensi siswa.

C.     Unsur-unsur yang terlibat pengembangan Portofolio
a.       Kepala Sekolah
b.      Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah,
c.       Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran  (MGMP)

D.    Pengertian dan Konsep Portofolio
·      Model Penilaian Berbasis Portofolio (Portofolio Based  Assesment ) adalah Suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dokumentasi pengalaman belajarnya
·      Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta  didik, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja yang  ditentukan oleh guru atau oleh peserta didik bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan  oleh  kurikulum .

E.     Jenis Karya Siswa
a.       Hasil proyek, penyelidikan atau praktik siswa
b.      Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa
c.       Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan  mata pelajaran  yang bersangkutan
d.      Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah
e.       Laporan hasil penyelidikan
f.       Penyelesaian soal – soal terbuka
g.      Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas
h.      Laporan kerja kelompok
i.        Hasil Kerja siswa ,dll
F.      Langkah-langkah Penggunaan Portofolio
a.      Menentukan maksud atau fokus portofolio
b.      Menentukan aspek isi yang dinilai
c.       Menentukan bentuk, susunan atau organisasi  portofolio
d.      Menentukan penggunaan portofolio
e.       Menentukan cara menilai portofolio
f.       Menentukan bentuk atau penggunaan rubrik
G.    Bentuk Porto Folio
1.    Portofolio Proses ( Proses Oriented )
Yaitu Portofolio yang menekankan pada tinjauan bagaimana perkembangan peserta didik dapat diamati dan dinilai dari waktu ke waktu
2.    Portofolio Produk (Product Oriented )
Yaitu Portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik , tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk mencapai  hasil itu terjadi.
Contoh : Lampiran 2 & 3  Juknis  Pengembangan Portofolio untuk Penilaian.

H.    Persiapan yang diperlukan oleh guru sebelum Portofolio
a.      Menentukan maksud  portofolio
b.      Menyesuaikan tugas dengan kurikulum
c.       Menentukan Indikasi
d.      Menentukan format portofolio
e.       Pembatasan Kuantitas
f.       Menentukan rubrik
I.       Alur Pengembangan Portofolio untuk Penilaian

J.       Contoh Pedoman Penskoran
Bukti terjadinya proses berpikir.
      Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan itu?
      Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola, dsb?
      Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya?
      Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya?
[Besarnya skor sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1, 2, 3, 4]





ASSESMENT KINERJA

1.      PENGERTIAN ASSESMENT KINERJA
A.    Pengertian menurut para ahli
a.      Setyono
Assesment Kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa.
b.      Majid (2006:88)
Assessment  kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa  assessment kinerja adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja

2.      Kriteria Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam  menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11)

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain:
a.       generalizability atau keumuman,
b.      authenticity atau keaslian/nyata muliple focus (lebih dari satu fokus)
c.        fairness (keadilan),
d.      teachability (bisa tidaknya diajarkan),
e.       feasibility (kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor ( Popham, 1995:147).

3.      Langkah-langkah Membuat Performance Assessment

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah:
 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir;
2) menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati
5) bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17).

4. Validitas dan Reliabilitas dari Performance Assessment

Validitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang diperoleh dari suatu penilaian yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu keputusan tentang belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat mengurangi validitas dari performance assessment adalah bias. Bias adalah kesalahan guru dalam menginterpretasikan kinerja siswa karena dalam satu kelompok siswa dipertimbangkan dalam kriteria yang berbeda atau dinilai pada karakteristik yang berbeda. Jika instrumen penilaian yang memberikan informasi tidak relevan dalam mengambil keputusan maka instrument tersebut tidak valid.

Dalam penilaian performance assessment, seorang guru harus memilih dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tapa membedakan latar belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance assessment adalah kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian kinerja siswa.

Reliabilitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada kestabilan dan kekonsistenan penskoran, secara logika untuk mendapatkan informasi tentang reliabilitas kinerja siswa adalah mengadakan observasi kinerja sesering mungkin. Jika kriteria kinerja tidak jelas, maka guru harus mengerti dari suatu kriteria sehingga tidak timbul kasalahan dan subjektivitas. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakkonsistenan pada penskoran adalah menentukan tujuan performance assessment dan kriteria-kriteria penilaian dengan jelas pula.

Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu
 1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai
 2)mengajar siswa dengan kinerja yang diinginkan
3) memberitahukan kepada siswa tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-301)
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan baik psikomotor, afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja guru dapat menilai siswa tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian seringkali tidak adil.
Manfaat asesmen kinerja menurut Airasian (1994) yaitu mengindikasikan bagaimana siswa menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi dengan menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya adalah bahwa satu kali asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut dapat digunakan terus menerus.
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan Stiggins (1994) bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994) mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna bagi guru untuk memandang asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan sekedar nilai akhir, membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi yang dibuat tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual dan keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.
Stiggins (1994) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu dilakukan yaitu sebagai berikut.
  1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali siswa secara lebih utuh sebab pada kenyataannya tidak semua siswa yang kurang berhasil dalam tes objektif atau esai secara otomatis bisa dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian penilaian kinerja siswa melengkapi cara penilaian lainnya.
  2. Dapat melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan mengamati dan menilai siswa dalam belajar sesuatu, dengan demikian akan diperoleh informasi mengenai bagaimana siswa berintegrasi dengan lingkungan selama proses pembelajaran.
  3. Adanya kemampuan siswa yang sulit diketahui atau dideteksi hanya dengan melihat hasil akhir pekerjaan mereka, atau hanya melalui tes tertulis yaitu segi keterampilan dan kreativitas.
Terdapat beberapa target yang akan dicapai melalui asesmen kinerja yaitu: (1) knowledge atau pengetahuan (2) reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah (3) skill yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, keterampilan berkomunikasi, karya, visual, dll (4) product yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya siswa (5) affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi dan konsep diri (Hidayat dan Maryani, 1958).
Asesmen kinerja memiliki cakupan aspek yang luas, berbagai aspek kegiatan yang dilakukan dapat dinilai dengan menggunakan asesmen kinerja. Namun, penilaian yang baik akan selalu mengikuti suatu proses atau langkah yang teratur demikian juga dengan asesmen kinerja. Menurut Stiggins (1994) penilaian yang baik akan mengikuti hal-hal sebagai berikut.
  1. Berawal dari sasaran pencapaian yang tepat.
  2. Mempunyai tujuan yang jelas.
  3. Bergantung pada metode penilaian yang layak.
  4. Penyampelan penampilan yang tepat.

assesment kinerja dan pengembangan portofolio


PENGEMBANGAN PORTOFOLIO UNTUK PENILAIAN

A.    Latar Belakang pengembangan Portofolio
v  Tercantum pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan terdapat pada Pasal 22 ayat 1  yang  menyatakan bahwa  “Penilaian hasil Pembelajaran  pada  jenjang  pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik  penilaian  sesuai  dengan  kompetensi  dasar  yang  harus dikuasai.
v  Permendiknas No.41 Tahun 2007 pada  Standar Proses yaitu Lampiran IV tentang penilaian hasil pembelajaran  menyatakan  bahwa   penilaian  dilakukan  secara Konsisten , sistematik, dan ter­program dengan menggunakan tes dan non tes yang salah satunya adalah portofolio.
B.     Tujuan pengembangan Portofolio
Memberikan acuan bagi guru dalam mengembangkan portofolio untuk penilaian sebagai salah satu alternatif penilaian pembelajaran atau penilaian pencapaian kompetensi siswa.

C.     Unsur-unsur yang terlibat pengembangan Portofolio
a.       Kepala Sekolah
b.      Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah,
c.       Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran  (MGMP)

D.    Pengertian dan Konsep Portofolio
·      Model Penilaian Berbasis Portofolio (Portofolio Based  Assesment ) adalah Suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dokumentasi pengalaman belajarnya
·      Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang peserta  didik, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja yang  ditentukan oleh guru atau oleh peserta didik bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan  oleh  kurikulum .

E.     Jenis Karya Siswa
a.       Hasil proyek, penyelidikan atau praktik siswa
b.      Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa
c.       Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan  mata pelajaran  yang bersangkutan
d.      Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah
e.       Laporan hasil penyelidikan
f.       Penyelesaian soal – soal terbuka
g.      Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas
h.      Laporan kerja kelompok
i.        Hasil Kerja siswa ,dll
F.      Langkah-langkah Penggunaan Portofolio
a.      Menentukan maksud atau fokus portofolio
b.      Menentukan aspek isi yang dinilai
c.       Menentukan bentuk, susunan atau organisasi  portofolio
d.      Menentukan penggunaan portofolio
e.       Menentukan cara menilai portofolio
f.       Menentukan bentuk atau penggunaan rubrik
G.    Bentuk Porto Folio
1.    Portofolio Proses ( Proses Oriented )
Yaitu Portofolio yang menekankan pada tinjauan bagaimana perkembangan peserta didik dapat diamati dan dinilai dari waktu ke waktu
2.    Portofolio Produk (Product Oriented )
Yaitu Portofolio yang menekankan pada tinjauan hasil terbaik yang telah dilakukan peserta didik , tanpa memperhatikan bagaimana proses untuk mencapai  hasil itu terjadi.
Contoh : Lampiran 2 & 3  Juknis  Pengembangan Portofolio untuk Penilaian.

H.    Persiapan yang diperlukan oleh guru sebelum Portofolio
a.      Menentukan maksud  portofolio
b.      Menyesuaikan tugas dengan kurikulum
c.       Menentukan Indikasi
d.      Menentukan format portofolio
e.       Pembatasan Kuantitas
f.       Menentukan rubrik
I.       Alur Pengembangan Portofolio untuk Penilaian

J.       Contoh Pedoman Penskoran
Bukti terjadinya proses berpikir.
      Apakah siswa telah menyusun dengan rapi satuan-satuan isi portofolio dan data dalam setiap satuan itu?
      Apakah siswa telah berusaha membuat dugaan, menjelajah, menganalisis, mencari pola, dsb?
      Apakah siswa telah menggunakan materi konkret atau gambar untuk menafsirkan dan memecahkan masalah, atau untuk memperoleh hasil penyelidikannya?
      Apakah siswa telah menggunakan alat bantu lain dalam pemecahan masalah atau penyelidikannya?
[Besarnya skor sama dengan banyaknya indikator yang dipenuhi. Jadi, skor yang mungkin: 0, 1, 2, 3, 4]





ASSESMENT KINERJA

1.      PENGERTIAN ASSESMENT KINERJA
A.    Pengertian menurut para ahli
a.      Setyono
Assesment Kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Performance assessment digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi siswa.
b.      Majid (2006:88)
Assessment  kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan bahwa performance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemostrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa  assessment kinerja adalah suatu bentuk penilaian untuk mendemostrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan suatu kemampuan siswa melalui suatu proses, kegiatan, atau unjuk kerja

2.      Kriteria Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam  menilai kinerja siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task (tugas) dan rubrics (kriteria penilaian). Tugas-tugas kinerja digunakan untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh siswa (Zainul, 2001:9-11)

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian kinerja antara lain:
a.       generalizability atau keumuman,
b.      authenticity atau keaslian/nyata muliple focus (lebih dari satu fokus)
c.        fairness (keadilan),
d.      teachability (bisa tidaknya diajarkan),
e.       feasibility (kepraktisan), Scorability atau bisa tidaknya tugas tersebut diberi skor ( Popham, 1995:147).

3.      Langkah-langkah Membuat Performance Assessment

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membuat performance assessment adalah:
 1) identifikasi semua langkah penting atau aspek yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir;
2) menuliskan kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
3) mengusahakan kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati; 4) mengurutkan kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diamati
5) bila menggunakan skala rentang, perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan (Hutabarat, 2004: 17).

4. Validitas dan Reliabilitas dari Performance Assessment

Validitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada informasi yang diperoleh dari suatu penilaian yang mengijinkan guru untuk mengkoreksi suatu keputusan tentang belajar siswa. Salah satu faktor yang dapat mengurangi validitas dari performance assessment adalah bias. Bias adalah kesalahan guru dalam menginterpretasikan kinerja siswa karena dalam satu kelompok siswa dipertimbangkan dalam kriteria yang berbeda atau dinilai pada karakteristik yang berbeda. Jika instrumen penilaian yang memberikan informasi tidak relevan dalam mengambil keputusan maka instrument tersebut tidak valid.

Dalam penilaian performance assessment, seorang guru harus memilih dan menggunakan prosedur yang adil pada seluruh siswa tapa membedakan latar belakang kebudayaan, bahasa, dan jenis kelamin. Selain itu faktor lain yang dapat menimbulkan kesalahan dalam validitas performance assessment adalah kegagalan guru dalam memasukkan atau memberikan penilaian kinerja siswa.

Reliabilitas adalah segala sesuatu yang menitikberatkan pada kestabilan dan kekonsistenan penskoran, secara logika untuk mendapatkan informasi tentang reliabilitas kinerja siswa adalah mengadakan observasi kinerja sesering mungkin. Jika kriteria kinerja tidak jelas, maka guru harus mengerti dari suatu kriteria sehingga tidak timbul kasalahan dan subjektivitas. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakkonsistenan pada penskoran adalah menentukan tujuan performance assessment dan kriteria-kriteria penilaian dengan jelas pula.

Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan validitas dan reliabilitas dalam performance assessment ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu
 1) menentukan tujuan penilaian yang jelas sebelum memulai
 2)mengajar siswa dengan kinerja yang diinginkan
3) memberitahukan kepada siswa tentang kriteria-kriteria kinerja yang akan dipertimbangkan (Airasian, 1991:299-301)
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja
Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas untuk memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan baik psikomotor, afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja guru dapat menilai siswa tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian seringkali tidak adil.
Manfaat asesmen kinerja menurut Airasian (1994) yaitu mengindikasikan bagaimana siswa menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi dengan menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya adalah bahwa satu kali asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut dapat digunakan terus menerus.
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan Stiggins (1994) bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994) mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna bagi guru untuk memandang asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan sekedar nilai akhir, membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi yang dibuat tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang diharapkan dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual dan keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.
Stiggins (1994) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan mengapa asesmen kinerja perlu dilakukan yaitu sebagai berikut.
  1. Memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk mengenali siswa secara lebih utuh sebab pada kenyataannya tidak semua siswa yang kurang berhasil dalam tes objektif atau esai secara otomatis bisa dikatakan tidak terampil atau tidak kreatif. Dengan demikian penilaian kinerja siswa melengkapi cara penilaian lainnya.
  2. Dapat melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu sampai proses pembelajaran berakhir. Asesmen kinerja membantu guru memudahkan mengamati dan menilai siswa dalam belajar sesuatu, dengan demikian akan diperoleh informasi mengenai bagaimana siswa berintegrasi dengan lingkungan selama proses pembelajaran.
  3. Adanya kemampuan siswa yang sulit diketahui atau dideteksi hanya dengan melihat hasil akhir pekerjaan mereka, atau hanya melalui tes tertulis yaitu segi keterampilan dan kreativitas.
Terdapat beberapa target yang akan dicapai melalui asesmen kinerja yaitu: (1) knowledge atau pengetahuan (2) reasoning yang berarti penalaran atau aplikasi pengetahuan dalam konteks pemecahan masalah (3) skill yaitu kecakapan siswa dalam bertanya, keterampilan berkomunikasi, karya, visual, dll (4) product yaitu kemampuan berbagai macam kreasi karya siswa (5) affect yaitu menggambarkan tentang tingkah laku, minat, nilai, motivasi dan konsep diri (Hidayat dan Maryani, 1958).
Asesmen kinerja memiliki cakupan aspek yang luas, berbagai aspek kegiatan yang dilakukan dapat dinilai dengan menggunakan asesmen kinerja. Namun, penilaian yang baik akan selalu mengikuti suatu proses atau langkah yang teratur demikian juga dengan asesmen kinerja. Menurut Stiggins (1994) penilaian yang baik akan mengikuti hal-hal sebagai berikut.
  1. Berawal dari sasaran pencapaian yang tepat.
  2. Mempunyai tujuan yang jelas.
  3. Bergantung pada metode penilaian yang layak.
  4. Penyampelan penampilan yang tepat.